FENOMENA BEATLEMANIA
"She
loves you, yeah yeah yeah...!" Itulah teriakan yang menggema diantara
hebohnya jingkrak-jingkrak serta sibakan rambut mop top
(poni) khas The Beatles. Mungkin Anda
berkata, " Ah, itu sih
dulu, tahun 60-an." Eh, ternyata nggak
juga. Sampai saat ini teriakan itu tetap
bergema. Beatlemania tidak pernah
pudar, termasuk di tanah air.
Petikan syair lagu tadi
memang milik kelompok The Beatles, sebuah kelompok musik asal Liverpool,
Inggris. Ada hal menarik untuk
dicermati. Eksistensi mereka ternyata tidak berakhir seiring dengan
bubarnya kelompok tersebut di tahun 1970. Tidak juga ketika John Lennon
sang pentolan kelompok itu meninggal Desember 1980.
Lantas, kekuatan apa gerangan yang membuat mereka begitu perkasa dan
abadi?
Iseng-iseng
saya membuka-buka koleksi majalah lama. Di majalahTempo edisi 10
Januari 1987 saya menemukan artikel berjudul "Umat Beatles Dimana-mana".
Di situ tertulis cerita tentang "Beatles Melayu" bernama Bharata Band
yang melakukan konser di
Senayan. Saat itu pertunjukan berakhir dengan kerusuhan serta kerusakan berat gara-gara histeria
penonton. Itu baru Beatles
pura-pura. Bayangkan apa yang akan terjadi kalau itu The Beatles
sungguhan! Dan perlu
dicatat, itu terjadi 17 tahun setelah The Beatles
bubar!
Penikmat
lagu-lagu The Beatles memang bejibun dan ada dimana-mana di seantero
jagat. Tak heran kalau bermunculan duplikat-duplikat The Beatles yang
khusus membawakan lagu-lagu
mereka, dan
laku! Di Jerman ada kelompok band yang menamakan diri
Beatlemania. Di Belanda ada Stefano Sanders alias Bas Muys
(lahir 14 oktober 1976) Dia menyanyikan lagu2 karya Lennon/McCartney
antara lain From a Window, I Don’t Wanna See You Again, Step Inside Love
dll. Penyanyi ini gabung juga di band 'Stars of 45', spesialis lagu-lagu
legend dengan aransemen
ulang, kadang2 jg di medley
(yg ada beat nya pake suara tepuk
tangan, kayak lagu untuk senam jaman
dulu). Lagu2 yang dia
nyanyikan, versi aslinya ada di album 'Songs of Lennon/Mc Cartney never
issued'
Di Indonesia sendiri bertebaran kelompok-kelompok semacam
itu.
Bharata, band asal Jakarta adalah salah
satunya. Di
Bandung, tercatat ada kelompok Mat Bitel dan Silver Beat
(dua-duanya sudah
vakum). Belum lagi
kelompok- kelompok lainnya seperti
OldCrack, Root, Flower Beat, Cavern Beat, yang juga berada di jalur yang sama.
Ketika
album kompilasi bertajuk Anthology
dirilis, sambutan masyarakat di seluruh dunia ternyata begitu
antusias. Demikian juga halnya ketika album Live at BBC dilempar ke
pasaran. Di
Bandung, jika Anda rajin memutar-mutar gelombang radio, Anda akan
menemukan bahwa ada radio-radio tertentu yang memiliki program khusus
lagu-lagu The Beatles. Di acara
tersebut, selain tentu saja diputar lagu-lagu The Beatles, juga dibahas
berbagai hal yang berkaitan dengan The Beatles, bahkan sampai hal-hal
yang
kecil.
Misalnya, bagaimana nama Martha dalam lagu Martha My Dear bukanlah nama
orang seperti yang selama ini disangka
orang, melainkan nama seekor anjing kesayangan Paul McCartney. Yang agak
mengherankan adalah kenyataan bahwa pendengar acara-acara tersebut
kebanyakan adalah anak-anak muda yang notabene tidak pernah menjamani
masa kejayaan The Beatles.
Keheranan
yang sama pernah saya alami secara
langsung. Suatu
ketika, saya dan teman-teman diundang nyanyi di acara parade band
alternatif. Anda bisa bayangkan bahwa yang hadir di sana sebagian besar
adalah anak
muda. Ternyata ketika kami membawakan lagu-lagu "kolot", mereka ikut
bergoyang dan dengan fasih menyebutkan judul-judul lagu The Beatles.
Paling
tidak, nomor-nomor "top forty"
(menurut istilah teman
saya) semacam Hey Jude, Revolution, Please Mr. Postman, Obladi-Oblada
dll, ternyata mereka kenal dengan
baik.
Dari
fakta-fakta yang saya paparkan
tadi, barangkali kita bisa menarik benang merah yang secara otomatis
menafikan asumsi bahwa pendengar lagu-lagu The Beatles adalah kelompok
"tua" yang sejaman dengan The Beatles dan sekedar ingin
bernostalgia. Yang jadi pertanyaan sekarang adalah apa yang sesungguhnya
"mengikat" penikmat lagu-lagu The Beatles "generasi masa kini" dengan
"kelompok masa lalu"?
Dulu, Tato Bharata dan kawan-kawan mengaku sulit untuk memahami fenomena
tersebut. Dan sekarang pun, kita ternyata masih mengalami kesulitan yang sama. Yang
jelas, The Beatles tetap eksis sejak dulu hingga
sekarang, dan bahkan mungkin juga di masa yang akan
datang. Entah sampai
kapan. Mengingat fenomena luar biasa
ini, tak berlebihan kiranya jika para beatlemania di seluruh dunia dengan penuh ketulusan dan kecintaan
berteriak, "We love
you..yeah..yeah.. yeah..!!"