Sabtu, 20 Oktober 2012

The beatles story

FENOMENA BEATLEMANIA



"She loves you, yeah yeah yeah...!" Itulah teriakan yang menggema diantara hebohnya jingkrak-jingkrak serta sibakan rambut mop top (poni) khas The Beatles. Mungkin Anda berkata, " Ah, itu sih dulu, tahun 60-an." Eh, ternyata nggak juga. Sampai saat ini teriakan itu tetap bergema. Beatlemania tidak pernah pudar, termasuk di tanah air.
Petikan syair lagu tadi memang milik kelompok The Beatles, sebuah kelompok musik asal Liverpool, Inggris. Ada hal menarik untuk dicermati. Eksistensi mereka ternyata tidak berakhir seiring dengan bubarnya kelompok tersebut di tahun 1970. Tidak juga ketika John Lennon sang pentolan kelompok itu meninggal Desember 1980. Lantas, kekuatan apa gerangan yang membuat mereka begitu perkasa dan abadi?
Iseng-iseng saya membuka-buka koleksi majalah lama. Di majalahTempo edisi 10 Januari 1987 saya menemukan artikel berjudul "Umat Beatles Dimana-mana". Di situ tertulis cerita tentang "Beatles Melayu" bernama Bharata Band yang melakukan konser di Senayan. Saat itu pertunjukan berakhir dengan kerusuhan serta kerusakan  berat gara-gara histeria penonton. Itu baru Beatles pura-pura. Bayangkan apa yang akan terjadi kalau itu The Beatles sungguhan! Dan perlu dicatat, itu terjadi 17 tahun setelah The Beatles bubar!
Penikmat lagu-lagu The Beatles memang bejibun dan ada dimana-mana di seantero jagat. Tak heran kalau bermunculan duplikat-duplikat The Beatles yang khusus membawakan lagu-lagu mereka, dan laku! Di Jerman ada kelompok band yang menamakan diri Beatlemania. Di Belanda ada Stefano Sanders alias Bas Muys (lahir 14 oktober 1976) Dia menyanyikan lagu2 karya Lennon/McCartney antara lain From a Window, I Don’t Wanna See You Again, Step Inside Love dll. Penyanyi ini gabung juga di band 'Stars of 45', spesialis lagu-lagu legend dengan aransemen ulang, kadang2 jg di medley (yg ada beat nya pake suara tepuk tangan, kayak lagu untuk senam jaman dulu). Lagu2 yang dia nyanyikan, versi aslinya ada di album 'Songs of Lennon/Mc Cartney never issued'
Di Indonesia sendiri bertebaran kelompok-kelompok semacam itu. Bharata, band asal Jakarta adalah salah satunya. Di Bandung, tercatat ada kelompok Mat Bitel dan Silver Beat (dua-duanya sudah vakum). Belum lagi kelompok- kelompok lainnya  seperti OldCrack, Root, Flower Beat, Cavern Beat, yang juga berada di jalur yang sama.
Ketika album kompilasi bertajuk Anthology dirilis, sambutan masyarakat di seluruh dunia ternyata begitu antusias. Demikian juga halnya ketika album Live at BBC dilempar ke pasaran. Di Bandung, jika Anda rajin memutar-mutar gelombang radio, Anda akan menemukan bahwa ada radio-radio tertentu yang memiliki program khusus lagu-lagu The Beatles. Di acara tersebut, selain tentu saja diputar lagu-lagu The Beatles, juga dibahas berbagai hal yang berkaitan dengan The Beatles, bahkan sampai hal-hal yang kecil. Misalnya, bagaimana nama Martha dalam lagu Martha My Dear bukanlah nama orang seperti yang selama ini disangka orang, melainkan nama seekor anjing kesayangan Paul McCartney. Yang agak mengherankan adalah kenyataan bahwa  pendengar acara-acara tersebut kebanyakan adalah anak-anak muda yang notabene tidak pernah menjamani masa kejayaan The Beatles.
Keheranan yang sama pernah saya alami secara langsung. Suatu ketika, saya dan teman-teman diundang nyanyi di acara parade band alternatif. Anda bisa bayangkan bahwa yang hadir di sana sebagian besar adalah anak muda. Ternyata ketika kami membawakan lagu-lagu "kolot", mereka ikut bergoyang dan dengan fasih menyebutkan judul-judul lagu The Beatles. Paling tidak, nomor-nomor "top forty" (menurut istilah teman saya) semacam Hey Jude, Revolution, Please Mr. Postman, Obladi-Oblada dll, ternyata mereka kenal dengan baik.
Dari fakta-fakta yang saya paparkan tadi, barangkali kita bisa menarik benang merah yang secara otomatis menafikan asumsi bahwa pendengar lagu-lagu The Beatles adalah kelompok "tua" yang sejaman dengan The Beatles dan sekedar ingin bernostalgia. Yang jadi pertanyaan sekarang adalah apa yang sesungguhnya "mengikat" penikmat lagu-lagu The Beatles "generasi masa kini" dengan "kelompok masa lalu"?
Dulu, Tato Bharata dan kawan-kawan mengaku sulit untuk memahami fenomena tersebut. Dan sekarang pun, kita ternyata masih mengalami kesulitan yang sama. Yang jelas, The Beatles tetap eksis sejak dulu hingga sekarang, dan bahkan mungkin juga di masa yang akan datang. Entah sampai kapan. Mengingat fenomena luar biasa ini, tak berlebihan kiranya jika para beatlemania di seluruh dunia dengan penuh ketulusan dan kecintaan berteriak, "We love you..yeah..yeah.. yeah..!!"  

1 komentar: